SCHISTOSOMIASIS - TREMATODA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Trematoda adalah cacing yang secara morfologi berbentuk pipih seperti daun. Pada umumnya cacing ini bersifat hermaprodit, kecuali genus Schistosoma. Pada dasarnya daur hidup trematoda ini melampui beberapa beberapa fase kehidupan dimana dalam fase tersebut memerlukan hospes intermedier untuk perkembangannya. Menurut lokasi berparasitnya cacing trematoda dikelompokkan sbagai berikut:
1) Trematoda pembuluh darah: Schistosoma haematobium, S. mansoni, S. japonicum
2) Trematoda paru: Paragonimus westermani
3) Trematoda usus: Fasciolopsis buski, Echinostoma revolutum, E. ilocanum
4) Trematoda hati: Clonorchis sinensis, Fasciola hepatica, F. gigantica.
Salah satu spesies yang akan kita bahas kali ini adalah Schistomiasis. Tiga spesies schistosoma tersebut berparasit pada orang, dimana ketiganya struktur bentuknya sama, tetapi beberaopa hal seperti morfologinya sedikit berbeda dan juga lokasi berparasitnya pada tubuh hospes definitif. S. hematobium dan S. mansoni, banyak dilaporkan menginfeksi orang di Mesir, Eropa dan Timur Tengah, sedangkan S. japonicum, banyak menginfeksi orang di daerah Jepang, China, Taiwan, Filippina, Sulawesi, Laos, Kamboja dan Thailand. Cacing betina panjang 20-26 mm, lebar 0,25-0,3 mm; cacing jantan panjang 10-20 mm; lebar 0,8-1 mm. Di Masyarakat terutama yang tinggal di dataran tinggi sering di jumpai endemic terhadap schistomiasis. Orang yang sering kontak kulit dengan air segar yang terkontaminasi oleh siput yang membawa schistomeces. Hal ini terjadi karena kontak kulit dengan air tawar (sungai, danau dan kanal ). Epidemi schistomeces ini sering terjadi di Amerika dan Afrika.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang menyebakan penyakit Schistosomiasis?
2. Bagaimna Morfologi cacing Schistosoma ?
3. Bagaimna Siklus hidup cacing Schistosoma ?
4. Bagaimana Gambaran penyakit Schistosomiasis ?
5. Bagaimana Diagnosis penyakit Schistosomiasis ?
6. Bagaimna terapi untuk penyakit Schistosomiasis ?
7. Bagaimna memberikan konseling pada pasien ?
8. Bagaimana contoh kasus dan penyelesaiannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Penyakit
Schistosomiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh sejenis cacing trematoda baik oleh cacing jantan maupun cacing betina yang hidup dalam pembuluh darah vena mesenterica atau pembuluh darah vena kandung kemih dari inang selama siklus hidup bertahun-tahun. Telur membentuk granulomata dan jaringan parut pada organ dimana telur diletakkan.
Di dunia terdapat empat spesies Schistosoma yang merupakan penyakit parasitik pada manusia, yaitu : Schistosoma haematobium, S. mansoni, S. japonicum dan S. mekongi.
Infeksi didapat melalui air yang mengandung bentuk larva yang berenang bebas (serkaria) yang sebelumnya berkembang di tubuh keong. Telur S. haematobium dikeluarkan dari tubuh mamalia, umumnya melalui urin, sedangkan spesies lain melalui feces. Telur menetas di air dan melepaskan larva (mirasidium) memasuki tubuh keong air tawar yang cocok sebagai inang. Setelah beberapa minggu, serkaria muncul dari keong dan menembus kulit manusia, biasanya ketika orang sedang bekerja,berenang atau melintasi air, serkaria kemudian memasuki aliran darah, dibawa ke pembuluh darah paru berpindah ke hati, berkembang menjadi matang dan migrasi ke pembuluh darah vena di rongga perut.
Bentuk dewasa cacing S. mansoni, S. japonicum, S. mekongi, S. mattheei dan S. intercalatum biasanya tinggal di vena mesenterika; S. haematobium biasanya berpindah melalui anastomosis dari vena dan sampai pada plexus dari kandung kemih. Telur cacing diletakkan pada venulae dan kemudian lepas masuk ke rongga usus besar, kandung kemih atau organ lain termasuk hati dan paru-paru. (Sudomo M. 2008)
2.2 Morfologi Sistosoma
Morfologi Schistosoma berbeda denga Termatoda yang khas, karena bentuknya yang kecil memanjang dan jenis kelamin yang terpisah. Cacing jantan yang lebih besar dan berwarna kelabu mempunyai ujung anterior yang silindris dan badannya yang lebih kuat terlipat membentuk canalis gynaecophoris ventral panjang dan didalamnya terdapat cacing betina yang berwarna lebih tua yang langsing yang dipeluk selama kopulasi. Integymen adalah halus atau mempunyai tonjolan, tergantung daripada spesies. Usus bercabang menjadi dua coecum, yang menggabungkan diri dibagian posterior badan yang menjadi saluran tunggal yang buntu. Jumlah testis pada cacing jantan dan panjangnya uterus dan jumlah telur adalah tertentu untu masing-masing spesies. Sistem ekskresi terdiri atas sel api, saluran pengumpul, dan dua saluran panjang yang masuk menuju kandung kencing kecil dengan satu porus ekskresi di ujung. (Brown. 1979) Ukuran tubuh cacing Schistosoma jantan lebih besar tetapi lebih pendek dari pada cacing betina. Cacing jantan berukuran 9,5 – 19,5 mm x 0,9 mm (tergantung dari spesiesnya) dan cacing betina 16,0 – 26,0 mm x0,3 mm (tergantung dari spesiesnya) (Sudomo M. 2008)
2.3 Siklus Hidup
Cacing dewasa yang halus, besarnya 0,6 – 2,5 cm, hidup berpasangan yang betina di dalam canalis gynaecophorus cacing jantan. Tergantung daripada spesies cacing, antara 300 (S. mansoni) sampai 3500 (S.Japonicum) telur ehari dikeluarkan ke dalam vena. Bentuk larva yaitu miracidium terbentuk di dalam telur, enzim litik dan kontraksi vena menyebabkan pecahnya dinding vena dan telur di lepaskan ke dalam jaringan perivaskular usus atau kandung kencing. Telur dapat keluar ke dalam lumen alat-alat ini dikeluarkan ke dalam tinja atau urine. Bilamana tersentuh air dingin miracidium menetas keluar dari telur dan berenang bebas menemukan keong yang sesuai, yang kemudian di tembusnya. Sesudah melelui dua tingkat perkembangan sporokista dan bertambah banyak di dalam keong, cercaria dengan ekor bercabang keluar. Sewaktu mandi, berenang, bekerja atau mencuci pakaian, kulit manusia berkontak dengan cercaria yang berenang bebas, melekatkan diri dan masuk ke dalam sampai jaringan kapiler perifer setelah airmenguap pada permukaan kulit. Bilamana tertelan dengan air cercaria menembus selaput lendir mulut dan leher. Cercaria terbawa oleh darah aferen ke jantung sebelah kanan dan paru-paru. Mereka menerobos kapiler paru-paru, terbawa ke dalam sirkulasi sistemik dan melewati sluran portal. Di dalam system vena porta bagian hepar Trematoda ini mengambil makanan dan tumbuh dengan cepat. Kira-kira 3 minggu sesudah infeksi kedalam kulit, cacing dewasa mudah berpindah berlawanan dengan darah portal masuk ke dalam vena mesenterium, kandung kencing dan panggul. Periode prepaten untuk S. mansoni adalah 7-8 minggu, S.haematobium 10-12 minggu dan S.japonicum 5-6 minggu. Cacing dewasa dapat hidup selama 30 tahun pada manusia. (Brown. 1979)
2.4 Gambaran Penyakit
Manifestasi klinis Schistosomiasis secara umum mempunyai gejala klinis awal yang sama, misalnya gatal-gatal pada saat serkaria telah masuk ke dalam kulit, kalau serkaria yang masuk ke dalam kulit cukup banyak akan terjadi dermatitis. Kemudian pada saat larva cacing melewati paru akan terjadi batuk berdahak dan demam. Padastadium berikutnya akan terjadi gejala disentri atau urtikaria (pada infeksi S. haematobium). Schistosomiasis mansoni, japonikum dan mekongi dapat menyebabkan hepatomegali (pembengkakan hati) dan splenomegali (pembengkakan limpa). Pada penderita schistosomiasis japonikum dan mekongi yang sudah parah akan menderita asites yang diikuti dengan kematian. (Sudomo M. 2008)
2.5 Diagnosis penyakit
Diagnosis untuk penyakit Schistosomiasis adalah dengan cara pemerikasaan tinja dan Pemeriksaan urine. Cara pemeriksaan tinja adalah Tinja yang keluar seluruhnya harus dicampur baik-baik dengan 0,5% larutan glycerin dalam air dan sesudah sedimentasi di dalam gelas runcing cairan yang terdapat di atas harus dituang. Mencampur dan menuang harus dilakukan beberapa kali sampai hanya tertinggal sisa sedikit yang diperiksa di bawah mikroskop. (Brown. 1979)
Dengan pemeriksaan urine. Urine yang dikeluarkan dalam sehari di sedimentasi dalam gelas berbentuk kerucut. Kemudian ditambahkan air sebelum dipanasi 600C untuk membunuh infusoria kedalam sediment, miracidium yang bebas berenang yang baru menetas dapat dilihat dengan cahaya tidak langsung dengan dasar hitam. Menetasnya miracidium merupakan indeks telur yang masih hidup. (Brown. 1979)
2.6 Terapi obat
Pengobatan schistosomiasis pada dasarnya adalah :mengurangi dan mencegah kesakitan dan mengurangi sumber penular. Sebelum ditemukan obat yang efektif,berbagai jenis obat telah dipakai untuk mengobati penderita schistosomiasis, misalnya, hycanthone,niridazole, antimonials, amocanate dsb. Obat-obat tersebut tidak efektif dan beberapa sangat toksik. Pada saat ini obat yang dipakai adalah Praziquantel. (Sudomo M. 2008)
Praziquantel sangat efektif terhadap semua bentuk schistosomiasis, baik dalam fase akut, kronik maupun yang sudah mengalami splenomegali atau bahkan yang mengalami komplikasi lain. Obat tersebut sangat manjur, efek samping ringan dan hanya diperlukan satu dosis yaitu 60 mg/kg BB yang dibagi dua dan diminum dalam tenggang waktu 4-6 jam. (Tjay, Tan Hoan & Rahardja, Kirana.2007)
Berikut profil obat Praziquantel:
· Praziquantel merupakn derivate pirazino-isokuinolin.
· Obat ini merupakan antelmintik berspektrum lebar,
· Efektif terhadap cestoda dan termatoda pada hewan dan manusia
· Praziquantel berbentuk Kristal tidak berwarna dan rasanya pahit
(Syarief et al. 1972)
Efek Anthelmintik
In vitro, Praziquantel diambil secara cepat dan reversible oleh cacing tapi tidak di metabolisme. Kerjanya cepat melalui 2 cara.
1. Pada kadar efektif terendah menimbulkan peningkatan aktivitas otot cacing, karena hilangnya Ca2+ intrasel sehingga tumbul kontraksi dan paralisis spastik yang sifat reversible, yang mungkin mengakibatkan terlepasnya cacing dari tempatnya yang normal dari hospes.
2. Pada dosis terapi yang lebih tinggi Praziquantel mengakibatkan vakuolisasi dan vesikulasi tegument cacing sehingga isi cacing keluar, mekanisme pertahanan hospes dipacu dan terjadi kehancuran cacing.
Praziquentel efektif terhadap cacing dewasa jantan dan betina, juga efektif terhadap bentuk imatur. (Syarief et al. 1972)
Farmakokinetik
· Pada pemberian oral absorpsinya baik
· Kadar maksimal dalam darah tercapai dalam 1-3 jam
· Metabolisme obat berlangsung cepat di hati
· Waktu paro obat 0,8-1,5 jam
· Ekskresi sebagian besar melalui urin dan sisanya melalui empedu.
(Syarief et al. 1972)
2.7 Konseling
Konseling yang harus di berikan kepada masyarakat luas untuk melakukan pencegahan penyakit. Sedangkan, Konselng untuk orang yang sudah terinfeksi Schistosomiasis adalah efek samping obat, kontraindikasi, cara penggunaan dan dosis obat yang tepat.
Cara-cara pencegahan
· Memberi penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis tentang cara cara penularan dan cara pemberantasan penyakit ini.
· Buang air besar dan buang air kecil dijamban yang saniter agar telur cacing tidak mencapai badan-badan air tawar yang mengandung keong sebagai inang antara. Pengawasan terhadap hewan yang terinfeksi S. japonicum perlu dilakukan tetapi biasanya tidak praktis.
· Memperbaiki cara-cara irigasi dan pertanian; mengurangi habitat keong dengan membersihkan badan-badan air dari vegetasi atau dengan mengeringkan dan mengalirkan air
· Memberantas tempat perindukan keong dengan moluskisida (biaya yang tersedia mungkin terbatas untuk penggunaan moluskisida ini)
· Untuk mencegah pemajanan dengan air yang terkontaminasi (contoh : gunakan sepatu bot karet). Untuk mengurangi penetrasi serkaria setelah terpajan dengan air yang terkontaminsai dalam waktu singkat atau secara tidak sengaja yaitu kulit yang basah dengan air yang diduga terinfeksi dikeringkan segera dengan handuk. Bisa juga dengan mengoleskan alkohol 70% segera pada kulit untuk membunuh serkaria.
· Persediaan air minum, air untuk mandi dan mencuci pakaian hendaknya diambil dari sumber yang bebas serkaria atau air yang sudah diberi obat untuk membunuh serkariannya. Cara yang efektif untuk membunuh serkaria yaitu air diberi iodine atau chlorine atau dengan menggunakan kertas saring. Membiarkan air selama 48 ?72 jam sebelum digunakan juga dianggap efektif.
· Obati penderita di daerah endemis dengan praziquantel untuk mencegah penyakit berlanjut dan mengurangi penularan dengan mengurangi pelepasan telur oleh cacing.
· Para wisatawan yang mengunjungi daerah endemis harus diberitahu akan risiko penularan dan cara pencegahan.(Anonim.2009)
Efek Samping Obat
· Sakit kepala, Pusing
· Mengantuk, Lelah
· Mual, Muntah
· Demam
· Ocular cysticercosis
(Syarief et al. 1972)
Kontraindikasi
· Wanita hamil dan menyusui
· Orang yang membutuhkan koordinasi fisik
· Ocular cysticercosis
· Pasien dengan gangguan fungsi hati memerlukan penyesuaian dosis
(Syarief et al. 1972)
Posologi
· Untuk infeksi S. haematobium dan S mansoni diberikan dosis tunggal 40mg/kgBB atau dosis tunggal 20mg/kgBB tang di ulangi lagi sesudah 4-6jam
· Untuk infeksi S. japonicum diberikan dosis tunggal 3mg/kgBB yang diulangi lagi sesudah 4-6 jam.
· Praziquantel harus diminum dengan air sesudah makan dan tidak boleh di kunyah karena rasany pahit.
(Syarief et al. 1972)
BAB III
KESIMPULAN
· Schistosomiasis adalah infeksi oleh sejenis cacing trematoda baik
oleh cacing jantan maupun cacing betina yang hidup dalam pembuluh
darah vena mesenterica atau pembuluh darah vena kandung kemih dari
inang selama siklus hidup bertahun-tahun. Telur membentuk granulomata
dan jaringan parut pada organ dimana telur diletakkan.
· Schistisoma mansoni, S. haematobium dan S. japonicum
merupakan spesies utama yang menyebabkan penyakit pada manusia. S.
mekongi, S. malayensis, S. mattheei dan S. intercalatum, hanya sebagai
penyebab penyakit di daerah tertentu.
· Profil morfologi Schistosomiasis yaitu dapat digambarkan cacing
memanjang, uniseksual. Cacing betina langsing dan lebih panjang,
ovarium memanjang di anterior dari persatuan intestinum, glandula
vitellaria di samping ovarium. Pada beberapa species, cacing betina
dibawa oleh cacing jantan, terutama selama kopulasi di celah mirip parit di
permukaan ventral cacing (canalis gynaecophoris) yang dibentuk oleh
lekukan sisi tubuh lateral. Sucker lemah, pharyng tidak ada, cabang
intestinum bersatu di posterior membentuk saluran tunggal sampai ke
ujung atau tepi tubuh, porus genitalis di dekat b.i.p, testis cacing jantan
berlobus 4 atau lebih di anterior/posterior.
· Gejala klinis yang timbul ketika terinfeksi Schistosomiasis
tergantung pada jumlah dan letak telur pada tubuh manusia sebagai
inang. Schistosoma mansoni dan S. japonicum gejala utamanya adalah
pada hati dan saluran pencernaan dengan gejala-gejala seperti diare,
sakit perut da pembesaran hati dan limpa (hepatosplenomegaly).
· Gejala sistemik akut (Demam Katayama) karena infeksi
Schistosomiasis dapat terjadi pada infeksi primer 2 6 minggu setelah
terpajan, yaitu sebelum atau pada saat telur diletakkan. Gejala umum akut
jarang terjadi tetapi dapat saja timbul pada infeksi S. haematobium.
· Schistosomiasis bias di diagnosis dengan melakukan tes urin atau
feses untuk parasit. Kemudian melakukan tes darah dan tersedia CDC,
untuk hasil yang akurat sampel darah di ambil 6-8 minggu setelah
melakukan perjalanan terakhir yang telah terkontaminasi.
· Pengobatan schistosomiasis pada dasarnya adalah :mengurangi
dan mencegah kesakitan dan mengurangi sumber penular. Sebelum
ditemukan obat yang efektif,berbagai jenis obat telah dipakai untuk
mengobati penderita schistosomiasis, misalnya, hycanthone,niridazole,
antimonials, amocanate dsb. Obat-obat tersebut tidak efektif dan
beberapa sangat toksik. Pada saat ini obat yang dipakai adalah
Praziquantel.
· Cara pencegahan agar terhindar dari infeksi cacing Schistosomiasis
diantaranya memberi penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis
tentang cara-cara penularan dan cara pemberantasan penyakit ini.
Penyuluhan tentang bagaimana merawat diri dan lingkungan agar
terhindar dari penyakit dan penularan penyakit yang disebabkan oleh
cacing ini.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Schitosomiasis dan Anaplasmosis. http://yudhiestar.blogspot.com/2009/10/schistosomiasis-dan-anaplasmosis.html
Brown W, Harold. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta: PT.Gramedia
Sudomo M. 2008. Penyakit Parasitik Yang Kurang Diperhatikan di
Indonesia. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Repunlik Indonesia
Syarif, A. Estuningsih, A. dkk. 1972. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Universitas Indonesia
Tjay, Tan Hoan & Rahardja, Kirana. Obat-obat penting: khasiat, penggunaan dan efek-efek sampingnya. 2007. Elex Media Komputindo.
please admin help me share this to those who still suffering of this disease. As a sign of gratitude for how my wife was saved from Schistosomiasis, i decided to reach out to those still suffering from this.
BalasHapusMy wife suffered Schistosomiasis in the year 2013 and it was really tough and heartbreaking for me because he was my all and the symptoms were terrible, she always complain of abdominal pain and swelling , and she always have skin itching. we tried various therapies prescribed by our neurologist but none could cure her. I searched for a cure and i saw a testimony by someone who was cured and so many other with similar body problem, and he left the contact of the doctor who had the cure to Schistosomiasis . I never imagined Schistosomiasis . has a natural cure not until i contacted him and he assured me my wife will be fine. I got the herbal medication he recommended and my wife used it and in one months time he was fully okay even up till this moment she is so full of life.Schistosomiasis . has a cure and it is a herbal cure contact the doctor for more info on drwilliams098765@gmail.com on how to get the medication. Thanks for reading my story
thanks for such a useful information,i we give a try to his herb,i hope this also work for me.
HapusA Guide to the Titanium Header, a 3-D Printed
BalasHapusA Guide to the Titanium Header, titanium sponge a 3-D Printed Header, an 3-D Printed Header, ford edge titanium 2021 A Guide to the Titanium Header, a 3-D Printed Header, an 3-D titanium white octane blueprint Printed titanium jewelry for piercings Header, titanium bmx frame